Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Bandar Udara Rendani Manokwari


Kondisi Geografis 
        Manokwari merupakan ibukota Provinsi Papua Barat yang terletak di koordinat 0° 15’ Lintang Selatan, Bagian selatan 3° 25’ Linta ng Selatan, Bagian Barat 132° 35’ Bujur Timur dan bagian barat 134° 45’ Bujur Bar at dengan luas wilayah 14.250,94 km2 Kabupaten Manokwari memiliki 9 kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar 238.133 jiwa.

            Kabupaten Manokwari memiliki sebuah bandar udara yang disebut dengan Bandar Udara Rendani yang beroperasi mulai pukul 05.00 WIT s/d pukul 17.00 WIB dan hanya melayani rute domestik. Panjang landasan utama sekitar 2000 x 45 meter. Bandar Udara Rendani adalah salah satu dari bandar udara di Indonesia yang telah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Maskapai penerbangan yang beroperasi seperti Batik Air, Sriwijaya Air, Susi Air, Trigana Air, Lion Air,
Travira dan Wings Air.


        Berdasarkan IHR 2005 semua penyakit berpotensi menimbulkan PHEIC baik menular maupun tidak menular. Contoh penyakit yang menjadi perhatian dunia tersebut antara lain penyakit (Ebola, SARS, Mers-cov, flu baru), penyakit yang endemis dan sering menimbulkan KLB di suatu wilayah (DBD, Diare, dll), penyakit yang menjadi perhatian nasional (Malaria, TB, HIV-AIDS), penyakit zoonosis (Rabies, Antraks, Flu burung, Leptospirosis), penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Campak, Polio, Tetanus Neonatorum, Difteri), dan penyakit lain yang potensial menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat spesifik di suatu daerah. Saat ini penyakit yang mendapat perhatian dunia dan juga pemerintah Indonesia adalah zika virus, MERS-COV dan beberapa penyakit importasi dari Negara tetangga seperti nipah virus, flu burung dan flu babi. Berbagai upaya dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Manokwari dalam upaya mencegah masuknya penyakit-penyakit importasi tersebut dipintu masuk seperti mengaktifkan thermoscanner, pembagian kartu kewaspadaan kesehatan (HAC), sharing informasi terhadap masyarakat dan pengguna jasa pelabuhan (KIE) dan meningkatkan pengawasan terhadap alat angkut, orang dan muatannya dengan melibatkan unsur – unsur terkait (steakholder). Kita ketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini telah terjadi penyebaran penyakit-penyakit yang sudah menjadi isu global diantaranya adalah Mers-CoV. 
       
     Pada dasarnya penyakit ini harus menjadi kewaspadaan kita bersama dalam mengantisipasi terjadinya kasus tersebut baik dalam hal pencegahan maupun penanggulangannya. Penyakit Mers-CoV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan mulai dari ringan sampai dengan berat bahkan fatal. MERS-CoV disebabkan oleh virus jenis baru dari kelompok Corona Virus, manusia terinfeksi virus ini umumnya melakukan kontak dengan Unta atau lingkungan yang terkontaminasi melalui udara dengan cara batuk atau bersin, bersentuhan dengan benda yang terkena droplet kemudian menyentuh hidung, mulut atau menyeka mata dan dapat menyebar secara masif termasuk di wilayah Manokwari.Manokwari mempunyai beberapa pintu masuk wilayah diantaranya adalah Bandara Rendani yang merupakan Bandar Udara utama untuk turun naik penumpang rute domestik. Data menunjukan bahwa adanya peningkatan jumlah jamaah Haji dan Umroh dari tahun 2015 s/d 2019 dimana jamaah akan berada di Arab Saudi yang merupakan daerah endemis Mers-CoV. Hal ini merupakan salah satu ancaman masuknya penyakit menular berpotensi wabah ke Indonesia khususnya wilayah kerja Bandar Udara Rendani.

Tim Screening Covid-19


        Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus  "Radang  paru-paru  (pneumonia) yang tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan. Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus corona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus corona baru ini bersumber dari hewan. Sebagian besar virus corona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus corona  lain  yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari manusia ke manusia.

        Indonesia untuk pertama kalinya pada tanggal 2 maret 2020 melaporkan terdapat 2 (dua) kasus COVID-19. Dari kasus positif, kasus pertama merupakan kontak erat dari kasus konfirmasi ke-24 di Malaysia dan merupakan warga negara Jepang. Kasus kedua merupakan ibu dari kasus ke-1. Dari hasil penyelidikan epidemiologi (contact tracing) terhadap 388 orang, baru kedua orang tersebut yang positif COVID-19, sementara 371 orang negatif COVID-19 (188 sampel dari ABK World Dream), dan 15 masih dalam proses pemeriksaan.
    Negara terjangkit yang melaporkan adanya transmisi lokal ada 32 negara yaitu Cina, Singapura, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Vietnam, Thailand, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, UK, Uni Emirat Arab, Australia, Iran, Italia, Spanyol, Kroasia, San Marino, Norwegia, Kanada, Belanda, Swiss, Yunani, Finlandia, Denmark, Rumania, Lebanon, Swedia, Israel, Ekuador, Algeria, dan Indonesia. Sedangkan negara lain hanya melaporkan kasus import dari Cina (Memiliki riwayat bepergian ke Cina) dan atau belum ada transmisi lokal di negaranya.

        Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa risiko penyebaran COVID-19 sangat tinggi dan berpotensi menyebar dengan sangat cepat. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka perlu dibuat dokumen Rencana Operasi Penanganan Darurat Bencana Wabah Corona Virus disease 2019 (Covid-19) tingkat Provinsi Papua Barat yang melibatkan seluruh sektor yang terkait dalam satu kesatuan Komando di Tingkat Provinsi Papua Barat.

Garda Depan Covid - 19


Sejak akhir Mei 2021 kasus COVID-19 di Indonesia meningkat signifikan karena efek mudik lebaran dan masuknya varian Delta di Indonesia. Di Papua Barat trend peningkatan kasus mulai terlihat sejak pertengahan Juni 2021 sejalan dengan meningkatnya cakupan testing Papua Barat per 1.000 populasi per minggu. Hal ini mulai berdampak pada sektor kesehatan dimana kapasitas Rumah Sakit telah melewati ambang batas dan diperkirakan tidak akan mampu menampung lebih banyak pasen jika tidak segera dilakukan tindakan penanggulangan. 

Titik krusial dari pencegahan penularan ini adalah penemuan kasus dimana diperlukan skrining yang massif dan juga penelusuran kontak erat melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi yang ekstensif. Hasil dari penemuan kasus yang massif akan dapat dipakai sebagai dasar untuk intervensi social distancing / physical distancing/ jaga jarak dan pembatasan sosial berskala besar yang lebih terarah dan diperketat. Kebijakan untuk belajar dirumah bagi anak sekolah dan mahasiswa, pengaturan jadwal kerja dengan work form home serta pelarangan berkumpul secara teoritis dapat mengurangi jumlah kasus secara signifikan. Selain itu, isolasi mandiri yang disiplin dari masyarakat di Papua Barat akan sangat berkontribusi untuk mencegah virus ini menular lebih cepat lagi. Hal ini juga akan menurunkan angka kasus penularan dari penderita yang tidak bergejala dan masih merasa sehat. Diketahui juga penularan juga terjadi sebelum penderita menunjukkan adanya gejala.

Aspek ketiga yang menjadi krusial saat ini adalah menyiapkan rumah sakit rujukan serta fasilitas khusus untuk karantina penderita sesuai dengan scenario yang di ajukan oleh BNPB. Dimana rumah sakit rujukan utamanya di gunakan untuk merawat pasien berat dan sisanya dapat di lakukan di fasilitas khusus atau rumah sakit darurat covid-19. Akan sangat banyak sumber daya yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas khusus ini dan juga memberdayakan rumah sakit rujukan agar mampun merawat pasien COVID-19 berat. Perlu disiapkan 1212 tempat tidur dan 364 ICU untuk pasien pasien ini. Sumber daya manusia untuk mengoperasikan rumah sakit ini merupakan prioritas utama perlindungan dari resiko tertular untuk mencegah penurunan kemampuan fasilitas kesehatan akibat sumberdaya manusianya jatuh sakit. Tim Rumah Sakit harus mampu memastikan PPI dapat berjalan dengan baik dan ketat serta terdapatnya sumberdaya yang diperlukan agar terlaksana dengan baik. Pelatihan staff, penyediaan logistik, pengaturan ruangan, pengelolaan staff yang baik sangat diperlukan dalam situasi pandmi ini. Perlu dipastikan jumlah sumberdaya tenaga kesehatan ini cukup, memiliki skill yang cukup serta memiliki kesehatan yang baik dengan pemenuhan gizi dan waktu istirahat yang cukup.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengenalan KKP Kelas III Manokwari

Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Babo